MATARAM-Tanpa komoditas tambang, nilai ekspor Provinsi NTB pada bulan Februari 2025, naik 87,17 persen. Hal tersebut terungkap dalam rilis indikator terbaru statistik terkait Ekspor Impor oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Senin (17/3/2025).
Rilis Berita Resmi Statistik tersebut disampaikan disampaikan Kepala BPS Provinsi NTB Drs. Wahyudin, MM., didampingi Statisti Ahli Madya BPS Provinsi NTB Suci Purnamawati, S.ST., MM.
Kepala BPS Provinsi NTB menjelaskan, nilai ekspor NTB bulan Februari sebesar US$ 7,279 juta. Naik 87,17 persen jika dibanding ekspor Januari. Ekspor NTB terbesar merupakan kelompok komoditas ikan dan udang dengan nilai US$ 2,808 juta atau setara dengan 38,59 persen dari total ekspor. Tujuan utamanya ke Amerika Serikat, Chili, dan Taiwan.
“Seluruh ekspor NTB pada bulan Februari adalah komoditas non tambang. Untuk komoditas tambang, tidak ada ekspor selama bulan Februari, karena memang sejak Januari 2025 perusahaan tambang PT AMNT belum mendapatkan izin ekspor. Sudah ada smelter yang dibangun untuk mengolah hasil tambang menjadi barang jadi atau setengah jadi,” kata Kepala BPS Provinsi NTB.
Sementara itu, nilai impor NTB pada Februari 2025 sebesar US$ 13,825 juta. Turun 63,73 persen dibanding impor bulan Januari 2025. Sebanyak 45,37 persen impor pada Januari merupakan kelompok komoditas mesin-mesin/pesawat mekanik dan menjadi impor dengan nilai terbesar dengan nilai US$ 6,273 juta. Di posisi kedua ada impor kelompok komoditas karet dan barang dari karet dengan nilai yang nyaris sama besar yakni US$ 6,237 juta. Hampir semua barang yang diimpor dibongkar di Pelabuhan Benete, Sumbawa Barat.
“Dengan demikian, Neraca Perdagangan Provinsi NTB pada bulan Februari 2025, defisit US$ 6,55 juta,” kata Kepala BPS Provinsi NTB. (*)