
January 23, 2025 | Other Activities
MATARAM-Badan Pusat Statistik Provinsi NTB menjadi narasumber Konferensi
Pers Kinerja Fiskal, Ekonomi, dan Moneter NTB Tahun 2024 yang digelar
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi NTB,
di Mataram, Kamis (23/1/2025).
Fungsional Statistisi Ahli Madya
BPS Provinsi NTB, I Gusti Lanang Putra, mewakili Kepala BPS Provinsi NTB
menjadi narasumber dalam konfrensi pers tersebut bersama dengan Kepala
Kanwil DJPb Provinsi NTB Ratih Hapsari Kusumawardani, Kepala Bank
Indonesia Perwakilan NTB Berry Arifsyah Harahap, dan Kepala Otoritas
Jasa Keuangan NTB Rudi Sulistyo.
Kepala Kanwil DJPb Provinsi NTB
Ratih Hapsari Kusumawardani mengemukakan, secara umum sepanjang 2024,
kinerja APBN lingkup Provinsi NTB tumbuh dan mencapai target. Penerimaan
negara di NTB tercatat Rp 9,39 triliun, tumbuh 24,33 persen secara
tahunan (y-o-y). Pada saat yang sama, belanja negara telah
direalisasikan Rp 26,83 triliun, atau 98,9 persen dari pagu. Terkontraksi 1,55
persen secara tahunan.
Dalam
kesempatan tersebut, di hadapan awak media dan kepala instansi vertikal
yang hadir, I Gusti Lanang Putra memaparkan Indikator Perekonomian NTB.
Secara kumulatif, hingga triwulan III 2024, ekonomi NTB tumbuh 7,32
persen. Pertumbuhan ekonomi NTB triwulan II 2024 yang mencapai 7,9
persen bahkan menjadi yang tertinggi empat tahun terakhir.
Inflasi
NTB secara tahunan Desember 2024 juga sangat terkendali dengan 1,28
persen (y-o-y). Kemiskinan NTB juga turun 1 persen dari 12,91 persen
pada Maret 2024 menjadi 11,91 persen pada September 2024. Di sisi lain,
Tingkat Pengangguran Terbuka NTB Agustus 2024 mencapai 2,73 persen.
Turun 0,07 persen poin dibandingkan Agustus 2023. Sedangkan Indeks
Pembangunan Manusia NTB tahun 2024 mencapai 73,10, tumbuh 0,73 persen
dibanding IPM tahun 2023. NTB menjadi provinsi dengan kategori IPM
tinggi di Indonesia.
Hingga triwulan III 2024, secara struktur,
55,73 persen ekonomi NTB dipengaruhi konsumsi rumah tangga. Pengaruh
ekspor barang dan jasa 54,21 persen, investasi 34,57 persen, konsumsi
pemerintah 12,48 persen, dan konsumsi Lembaga Non Profit 1,64 persen.
“Artinya,
kalau mau menumbuhkan ekonomi NTB, pertahankan daya beli dari rumah
tangga supaya bisa melakukan konsumsi. Ketika ada konsumsi, produksi
juga berjalan,” kata I Gusti Lanang Putra. (*)