Pada bulan September 2016 Nusa Tenggara Barat mengalami deflasi sebesar 0,63 persen. Angka deflasi ini berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,22 persen.
Dari 82 kota yang menghitung IHK, tercatat 58 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,85 persen diikuti Kota Lhokseumawe sebesar 1,44 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Banyuwangi sebesar 0,02 persen diikuti Kota Purwokerto sebesar 0,02 persen. Deflasi terbesar terjadi di Kota Pontianak sebesar 1,06 persen dan deflasi terkecil terjadi di Kota Kendari sebesar 0,01 persen. Untuk wilayah Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram mengalami deflasi sebesar 0,66 persen dan Kota Bima mengalami deflasi sebesar 0,45 persen.
Deflasi Nusa Tenggara Barat bulan September 2016 sebesar 0,63 persen terjadi karena adanya penurunan indeks pada Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 1,85 persen; Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,78 persen dan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar sebesar 0,03 persen. Sedangkan kenaikan indeks terjadi pada Kelompok Sandang sebesar 0,97 persen; Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,31 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,18 persen dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,00 persen.
Laju inflasi Nusa Tenggara Barat tahun kalender (September 2016 – Desember 2015) sebesar 1,52 persen, dan laju inflasi “tahun ke tahun” (September 2016 – September 2015) sebesar 2,93persen.