Pada bulan April 2017, Nusa Tenggara Barat mengalami inflasi sebesar 0,03 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 126,55 pada bulan Maret 2017 menjadi 126,59 pada bulan April 2017. Angka inflasi ini berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,09 persen.
Untuk wilayah Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram mengalami deflasi sebesar 0,06 persen dan Kota Bima mengalami inflasi sebesar 0,39 persen.
Inflasi Nusa Tenggara Barat bulan April 2017 sebesar 0,03 persen terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada Kelompok Sandang sebesar 0,55 persen; Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,34 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,34 persen; Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,21 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar sebesar 0,18 persen dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,03 persen. Sedangkan penurunan indeks terjadi pada Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,77 persen.
Komoditas terbesar penyumbang deflasi adalah Cabai Rawit, Tongkol/Ambu-Ambu, Beras, Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso, Bandeng/Bolu, Minyak Goreng, Besi Beton, Cakalang/Sisik, Pepaya dan Selar/Tude.
Komoditas terbesar yang memberikan sumbangan terjadinya inflasi adalah Tomat Sayur, Tarip Listrik, Daging Ayam Ras, Sepeda Motor, Bawang Putih, Rokok Kretek, Emas Perhiasan, Air Kemasan, Kopi Bubuk dan Telur Ayam Ras.
Laju inflasi Nusa Tenggara Barat tahun kalender April 2017 sebesar 1,07 persen lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender April 2016 sebesar 0,63 persen. Sedangkan laju inflasi “tahun ke tahun” April 2017 sebesar 3,05 persen lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi “tahun ke tahun” di bulan April 2016 sebesar 3,83 persen.
Dari 82 kota yang menghitung IHK, tercatat 53 kota mengalami inflasi dan 29 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,02 persen diikuti Kota Tanjung Pandan sebesar 0,93 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Cilacap sebesar 0,01 persen diikuti Kota Tembilahan sebesar 0,02 persen. Deflasi terbesar terjadi di Kota Singaraja sebesar 1,08 persen dan deflasi terkecil terjadi di Kota DKI Jakarta dan Manado sebesar 0,02 persen.